SUKU BADUY

Pic by Mank's Rasficious
Indonesia memiliki beragam suku didalamnya, saya berkesempatan mengenal lebih dekat salah satu suku yang berada di Banten - Jawa Barat, yakni Suku Baduy.


Perjalanan saya mengunjungi tempat tinggal Suku Baduy memang sudah sangat lama, sekitar bulan Februari 2011, jadi mungkin sekarang banyak perubahan, semoga perubahannya gak malah semakin mengurangi keaslian Suku Baduy ini. Bermula dari ajakan travelmate saya untuk ikut andil dalam perjalanan yang diadakan oleh JAK atau Jejak Adventure Community, akhirnya saya tergiur untuk berpartisipasi.

Saya dan rombongan berangkat malam hari sekitar jam 10 malam naik tronton dari basecamp JAK di daerah Jakarta Timur. Disediakan 3 tronton untuk mengangkut rombongan, yaaa persis seperti tentara yang mau ikut perang atau malah kayak napi yang mau dipindah sel, hehe..

Sekitar jam 2 dini hari, saya dan rombongan sempat nyasar di daerah yang bisa dibilang jarang dilalui orang, jalanannya pun tanah merah dan becek karena bekas hujan, sisi kanan dan kirinya banyak pohon pisang dan pohon lainnya. Salah satu tronton pun akhirnya sempat terjebak ditanah becek tersebut, hingga harus agak diangkat agar dapat keluar dari tanah becek yang mirip lumpur. Disekitarnya tidak ada lampu penerangan jalan, hanya sorot lampu mobil tronton dan handphone. Gile, sudah terjebak, seram, gelap, nyasar pula di antah berantah. Akhirnya setelah koordinasi antara supir tronton dan panitia penyelenggara, dapat dipastikan bahwa kami tersesat dan harus balik arah.

Akhirnya kami menemukan jalan yang benar. Sekitar jam 6 pagi saya tiba juga di desa Ciboleger. Desa tempat para pengunjung memarkir kendaraan mereka. Gak usah takut kekurangan makanan selama masih di Desa Ciboleger, karena tersedia Alfamart dan toilet umum yang bersih. Banyak anak-anak dari suku Baduy Luar yang menawarkan tongkat dari batang pohon untuk membantu ketika tracking. Eh tapi gak gratis loh tongkatnya, cukup membayar Rp.5000,- saja sudah bisa mendapatkan tongkat tersebut.

Saya dan rombongan singgah sementara untuk mandi , istirahat, dan sarapan sampai jam 8 pagi. Sebelum melakukan tracking, panitia mengadakan sedikit briefing, absen dan sesi foto.

Briefing
Saya dan rombongan pun memulai "petualangan", pastinya gak boleh lupa foto-foto untuk dokumentasi pribadi. Tracking pun dimulai. Track pertama adalah tanjakan yang disusun dari batu-batu menyerupai anak tangga dengan jarak yang tinggi, sangat menguras tenaga. Jadi, sebaiknya memilih berjalan di tanah yang berada disisi anak tangga, biar lutut gak 'nangis'. Tenang saja, diperjalanan juga ada 'bonus'nya yaitu turunan, hehe.. Perjalanan menuju Baduy sangat gersang, jarang terdapat pohon besar yang menaungi perjalanan saya, tetapi dibalik kegersangannya, saya disuguhkan pemandangan bukit, rumah penduduk, dan sesekali berpapasan dengan beberapa Suku Baduy Luar.

Sebagian track
Siang hari, saya sampai di jembatan yang terbuat dari bambu dan tinggi sekali, dibawahnya berupa sungai yang airnya jernih mengalir. Menjelang sore, saya sampai di desa yang di dalamnya terdapat beberapa rumah penduduk yang berbentuk seperti rumah panggung dengan bambu dan tumpukkan jerami sebagai penutupnya.

Jembatan bambu

Peradaban suku Baduy yang bertempat tinggal di pedalaman Desa Kanekes memang belum terlalu maju seperti Suku Baduy yang tinggal di Desa Ciboleger. Listrikpun belum masuk. Penerangan dimalam hari hanya menggunakan lampu patromaks. Berasa kembali ke zaman dulu. Mandi dan buang air dilakukan di sungai. Sebenarnya disediakan kamar mandi yang sangat sederhana, tetapi tetap saja saya memilih untuk tidak mandi karena kamar mandinya cuma ditutupi seng dan terpal sebagai pintu, itupun tidak menutup seluruhnya. Jadi, jika ingin cuci tangan, sikat gigi, atau cuci muka sebaiknya memilih bagian ujung sungai dari arah air mengalir yang belum tercemar.

Kepercayaan yang dianut oleh Suku Baduy adalah Sunda Wiwitan, mereka mengakui adanya Allah SWT tetapi tidak mengerjakan sholat, dan juga masih lekat dengan dinamisme. Penghasilan mereka berasal dari ternak, kayu-kayu yang diperoleh dari alam sekitar, dan hasil kerajinan tangan yang mereka buat seperti slayer, gelang-gelang, pakaian Suku Baduy, kain tenun, bahkan ada juga yang berjualanan makanan ringan bagi para turis atau pelancong yang traveling ke sana.

Sekedar info, kalau hendak buang air malam hari, hati-hati ketika mengambil alas kaki di bawah rumah panggung, karena biasanya ada anjing yang sedang menumpang tidur, salah pegang bisa berabe, hehe..

Suasana perkampungan Suku Baduy Luar

Sungai yang berfungsi sebagai MCK

Suku Baduy cilik yang berjualanan makanan ringan

Suasana di perkampungan Suku Baduy

Ketika perjalanan kembali menuju parkiran mobil, track-nya lebih kurang juga sama, tanjakan dan turunan. Sepanjang jalan, saya berpapasan dengan beberapa Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Mereka sangat ramah, menyapa setiap orang yang dijumpai.


Perjalanan pulang tidak lama bila dibandingkan dengan perjalanan berangkat. Saya menyempatkan diri untuk mampir di warung untuk sekedar minum dan mengisi perut. Warung adalah salah satu usaha Suku Baduy Luar untuk menghidupi keluarganya, selain berjualan kerajinan tangan.

Bos yang punya warung
Selepas melihat kehidupan Suku Baduy, saya sangat bersyukur, bahwa di Bumi Pertiwi ini masih banyak kebudayaan yang tersimpan, dan beraneka ragam. Tunggu apalagi, ayoo kenali Indonesia lebih dalam!

Cheerrsss!!

No comments:

Post a Comment